Surat Al-Waqiah Lengkap Arab Latin dan Artinya serta Keutamaan Menjadikan Rezeki Berlimpah
![]() |
13 Fadhilah dan Keutamaan Membaca Surat Al-Waqiah (Surat Kerezekian) |
Setiap surat dalam Al-Quran memiliki begitu banyak Fadhilah atau keutamaan. Pada kesempatan kali ini Akan kami kupas berbagai fadilah yang terkandung dalam Salah satu Surat dalam Al-Quran, yaitu Keutamaan Fadilah surat Al-Waqi'ah.
Surat Al-Waqiah adalah surat ke-56 dalam Al-Quran yang terdapat pada juz ke-27. Surat Al Waqiah ini terdiri dari 96 Ayat. Surat Al Waqiah memiliki arti kiamat. Sedangkan isi dari Surat Al Waqiah antara lain menceritakan tentang bagaimana hari kiyamat tersebut bakal terjadi dan menceritakan juga tentang apa-apa balasan bagi orang mukmin dan juga orang kafir.
Dalam surat Al-waqiah juga tertulis keterangan tentang terciptanya manusia, api, dan juga segala jenis tumbuhan sekaligus menerangkan tentang kekuasaan Alloh serta akan adanya hari kebangkitan yang memang benar nyata adanya.
Bacaan Surat al-Waqiah
Berikut ini bacaan surat al-waqiah lengkap arab latin dan artinya:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Bismillahir rahmanir rahim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ ١
idzâ waqa‘atil-wâqi‘ah
Apabila terjadi hari Kiamat (yang pasti terjadi),
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌۘ ٢
laisa liwaq‘atihâ kâdzibah
tidak ada seorang pun yang (dapat) mendustakan terjadinya.
خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ ٣
khâfidlatur râfi‘ah
(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).
اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ ٤
idzâ rujjatil-ardlu rajjâ
Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya
وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّاۙ ٥
wa bussatil-jibâlu bassâ
dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya,
فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّاۙ ٦
fa kânat habâ'am mumbatstsâ
jadilah ia debu yang beterbangan.
وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةًۗ ٧
wa kuntum azwâjan tsalâtsah
Kamu menjadi tiga golongan,
فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِۗ ٨
fa ash-ḫâbul-maimanati mâ ash-ḫâbul-maimanah
yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu
وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِۗ ٩
wa ash-ḫâbul-masy'amati mâ ash-ḫâbul-masy'amah
dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَۙ ١٠
was-sâbiqûnas-sâbiqûn
Selain itu, (golongan ketiga adalah) orang-orang yang paling dahulu (beriman). Merekalah yang paling dahulu (masuk surga).
اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَۚ ١١
ulâ'ikal-muqarrabûn
Mereka itulah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).
فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ ١٢
fî jannâtin-na‘îm
(Mereka) berada dalam surga (yang penuh) kenikmatan.
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ ١٣
tsullatum minal-awwalîn
(Mereka adalah) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu
وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ ١٤
wa qalîlum minal-âkhirîn
dan sedikit dari orang-orang yang (datang) kemudian.
عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍۙ ١٥
‘alâ sururim maudlûnah
(Mereka berada) di atas dipan-dipan yang bertatahkan emas dan permata
مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ ١٦
muttaki'îna ‘alaihâ mutaqâbilîn
seraya bersandar di atasnya saling berhadapan.
يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۙ ١٧
yathûfu ‘alaihim wildânum mukhalladûn
Mereka dikelilingi oleh anak-anak yang selalu muda
بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۙ ١٨
bi'akwâbiw wa abârîqa wa ka'sim mim ma‘în
dengan (membawa) gelas, kendi, dan seloki (berisi minuman yang diambil) dari sumber yang mengalir.
لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَۙ ١٩
lâ yushadda‘ûna ‘an-hâ wa lâ yunzifûn
Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.
وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَۙ ٢٠
wa fâkihatim mimmâ yatakhayyarûn
(Mereka menyuguhkan pula) buah-buahan yang mereka pilih
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَۗ ٢١
wa laḫmi thairim mimmâ yasytahûn
dan daging burung yang mereka sukai.
وَحُوْرٌ عِيْنٌۙ ٢٢
wa ḫûrun ‘în
Ada bidadari yang bermata indah
كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِۚ ٢٣
ka'amtsâlil-lu'lu'il-maknûn
laksana mutiara yang tersimpan dengan baik
جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ٢٤
jazâ'am bimâ kânû ya‘malûn
sebagai balasan atas apa yang selama ini mereka kerjakan.
لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًاۙ ٢٥
lâ yasma‘ûna fîhâ laghwaw wa lâ ta'tsîmâ
Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia dan tidak (pula) percakapan yang menimbulkan dosa,
اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا ٢٦
illâ qîlan salâman salâmâ
kecuali (yang mereka dengar hanyalah) ucapan, “Salam… salam.”
وَاَصْحٰبُ الْيَمِينِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ ٢٧
wa ash-ḫâbul-yamîni mâ ash-ḫâbul-yamîn
Golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.
فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ ٢٨
fî sidrim makhdlûd
(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,
وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ ٢٩
wa thal-ḫim mandlûd
pohon pisang yang (buahnya) bersusun-susun,
وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ ٣٠
wa dhillim mamdûd
naungan yang terbentang luas,
وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ ٣١
wa mâ'im maskûb
air yang tercurah,
وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ ٣٢
wa fâkihating katsîrah
buah-buahan yang banyak
لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ ٣٣
lâ maqthû‘atiw wa lâ mamnû‘ah
yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang memetiknya,
وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ ٣٤
wa furusyim marfû‘ah
dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ ٣٥
innâ ansya'nâhunna insyâ'â
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari itu) secara langsung,
فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ ٣٦
fa ja‘alnâhunna abkârâ
lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan
عُرُبًا اَتْرَابًاۙ ٣٧
‘uruban atrâbâ
yang penuh cinta (lagi) sebaya umurnya,
لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗࣖ ٣٨
li'ash-ḫâbil-yamîn
(diperuntukkan) bagi golongan kanan,
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ ٣٩
tsullatum minal-awwalîn
(yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu
وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ ٤٠
wa tsullatum minal-âkhirîn
dan segolongan besar (pula) dari orang-orang yang kemudian.
وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ ٤١
wa ash-ḫâbusy-syimâli mâ ash-ḫâbusy-syimâl
Golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ ٤٢
fî samûmiw wa ḫamîm
(Mereka berada) dalam siksaan angin yang sangat panas, air yang mendidih,
وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ ٤٣
wa dhillim miy yaḫmûm
dan naungan asap hitam
لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ ٤٤
lâ bâridiw wa lâ karîm
yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ ٤٥
innahum kânû qabla dzâlika mutrafîn
Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah.
وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ ٤٦
wa kânû yushirrûna ‘alal-ḫintsil-‘adhîm
Mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.
وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ ٤٧
wa kânû yaqûlûna a idzâ mitnâ wa kunnâ turâbaw wa ‘idhâman a innâ lamab‘ûtsûn
Mereka berkata, “Apabila kami telahmati menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan (kembali)?
اَوَاٰبَاۤؤُنَا الْاَوَّلُوْنَ ٤٨
a wa âbâ'unal-awwalûn
Apakah nenek moyang kami yang terdahulu (akan dibangkitkan pula)?”
قُلْ اِنَّ الْاَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَۙ ٤٩
qul innal-awwalîna wal-âkhirîn
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian
لَمَجْمُوْعُوْنَۙ اِلٰى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ ٥٠
lamajmû‘ûna ilâ mîqâti yaumim ma‘lûm
benar-benar akan dikumpulkan pada waktu tertentu, yaitu hari yang sudah diketahui.
ثُمَّ اِنَّكُمْ اَيُّهَا الضَّاۤ لُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَۙ ٥١
tsumma innakum ayyuhadl-dlâllûnal-mukadzdzibûn
Kemudian, sesungguhnya kamu, wahai orang-orang sesat lagi pendusta,
لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍۙ ٥٢
la'âkilûna min syajarim min zaqqûm
pasti akan memakan pohon zaqum.
فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَۚ ٥٣
fa mâli'ûna min-hal-buthûn
Lalu, kamu akan memenuhi perut-perutmu dengannya.
فَشٰرِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِۚ ٥٤
fa syâribûna ‘alaihi minal-ḫamîm
Setelah itu, untuk penawarnya (zaqum) kamu akan meminum air yang sangat panas.
فَشٰرِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِۗ ٥٥
fa syâribûna syurbal-hîm
Maka, kamu minum bagaikan unta yang sangat haus.
هٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِۗ ٥٦
hâdzâ nuzuluhum yaumad-dîn
Inilah hidangan (untuk) mereka pada hari Pembalasan.”
نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ ٥٧
naḫnu khalaqnâkum falau lâ tushaddiqûn
Kami telah menciptakanmu. Mengapa kamu tidak membenarkan (hari Kebangkitan)?
اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَۗ ٥٨
a fa ra'aitum mâ tumnûn
Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu pancarkan (sperma)?
ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخٰلِقُوْنَ ٥٩
a antum takhluqûnahû am naḫnul-khâliqûn
Apakah kamu yang menciptakannya atau Kami Penciptanya?
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَۙ ٦٠
naḫnu qaddarnâ bainakumul-mauta wa mâ naḫnu bimasbûqîn
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami tidak lemah
عَلٰٓى اَنْ نُّبَدِّلَ اَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِيْ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٦١
‘alâ an nubaddila amtsâlakum wa nunsyi'akum fî mâ lâ ta‘lamûn
untuk mengubah bentukmu (di hari Kiamat) dan menciptakanmu kelak dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ ٦٢
wa laqad ‘alimtumun-nasy'atal-ûlâ falau lâ tadzakkarûn
Sungguh, kamu benar-benar telah mengetahui penciptaan yang pertama. Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَۗ ٦٣
a fa ra'aitum mâ taḫrutsûn
Apakah kamu memperhatikan benih yang kamu tanam?
ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزّٰرِعُوْنَ ٦٤
a antum tazra‘ûnahû am naḫnuz-zâri‘ûn
Apakah kamu yang menumbuhkannya atau Kami yang menumbuhkan?
لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَۙ ٦٥
lau nasyâ'u laja‘alnâhu huthâman fa dhaltum tafakkahûn
Seandainya Kami berkehendak, Kami benar-benar menjadikannya hancur sehingga kamu menjadi heran tercengang,
اِنَّا لَمُغْرَمُوْنَۙ ٦٦
innâ lamughramûn
(sambil berkata,) “Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian.
بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ ٦٧
bal naḫnu mahrûmûn
Bahkan, kami tidak mendapat hasil apa pun.”
اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ ٦٨
a fa ra'aitumul-mâ'alladzî tasyrabûn
Apakah kamu memperhatikan air yang kamu minum?
ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ ٦٩
a antum anzaltumûhu minal-muzni am naḫnul-munzilûn
Apakah kamu yang menurunkannya dari awan atau Kami yang menurunkan?
لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ ٧٠
lau nasyâ'u ja‘alnâhu ujâjan falau lâ tasykurûn
Seandainya Kami berkehendak, Kami menjadikannya asin. Mengapa kamu tidak bersyukur?
اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَۗ ٧١
a fa ra'aitumun-nârallatî tûrûn
Apakah kamu memperhatikan api yang kamu nyalakan?
ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ ٧٢
a antum ansya'tum syajaratahâ am naḫnul-munsyi'ûn
Apakah kamu yang menumbuhkan kayunya atau Kami yang menumbuhkan?
نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ ٧٣
naḫnu ja‘alnâhâ tadzkirataw wa matâ‘al lil-muqwîn
Kami menjadikannya (api itu) sebagai peringatan dan manfaat bagi para musafir.
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِࣖ ٧٤
fa sabbiḫ bismi rabbikal-‘adhîm
Maka, bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahaagung.
فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ ٧٥
fa lâ uqsimu bimawâqi‘in-nujûm
Aku bersumpah demi tempat beredarnya bintang-bintang.
وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌۙ ٧٦
wa innahû laqasamul lau ta‘lamûna ‘adhîm
Sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang sangat besar seandainya kamu mengetahui.
اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ ٧٧
innahû laqur'ânung karîm
Sesungguhnya ia benar-benar Al-Qur’an yang sangat mulia,
فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ ٧٨
fî kitâbim maknûn
dalam Kitab yang terpelihara.
لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ ٧٩
lâ yamassuhû illal-muthahharûn
Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali para hamba (Allah) yang disucikan.
تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ ٨٠
tanzîlum mir rabbil-‘âlamîn
(Al-Qur’an) diturunkan dari Tuhan seluruh alam.
اَفَبِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَ ٨١
a fa bihâdzal-ḫadîtsi antum mud-hinûn
Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur’an)
وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ ٨٢
wa taj‘alûna rizqakum annakum tukadzdzibûn
dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan (Al-Qur’an)?
فَلَوْلَآ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَۙ ٨٣
falau lâ idzâ balaghatil-ḫulqûm
Kalau begitu, mengapa (kamu) tidak (menahan nyawa) ketika telah sampai di kerongkongan,
وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَۙ ٨٤
wa antum ḫîna'idzin tandhurûn
padahal kamu ketika itu melihat (orang yang sedang sekarat)?
وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ ٨٥
wa naḫnu aqrabu ilaihi mingkum wa lâkil lâ tubshirûn
Kami lebih dekat kepadanya (orang yang sedang sekarat) daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat.
فَلَوْلَآ اِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَۙ ٨٦
falau lâ ing kuntum ghaira madînîn
Maka, mengapa jika kamu tidak diberi balasan,
تَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ٨٧
tarji‘ûnahâ ing kuntum shâdiqîn
kamu tidak mengembalikannya (nyawa itu) jika kamu orang-orang yang benar?
فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ ٨٨
fa ammâ ing kâna minal-muqarrabîn
Jika dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah),
فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ ٨٩
fa rauḫuw wa raiḫânuw wa jannatu na‘îm
dia memperoleh ketenteraman, rezeki, dan surga (yang penuh) kenikmatan.
وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ ٩٠
wa ammâ ing kâna min ash-ḫâbil-yamîn
Jika dia (termasuk) golongan kanan,
فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ ٩١
fa salâmul laka min ash-ḫâbil-yamîn
“Salam bagimu” dari (sahabatmu,) golongan kanan.
وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ ٩٢
wa ammâ ing kâna minal-mukadzdzibînadl-dlâllîn
Jika dia termasuk golongan para pendusta lagi sesat,
فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ ٩٣
fa nuzulum min ḫamîm
jamuannya berupa air mendidih
وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ ٩٤
wa tashliyatu jaḫîm
dan dibakar oleh (neraka) Jahim.
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِۚ ٩٥
inna hâdzâ lahuwa ḫaqqul-yaqîn
Sesungguhnya ini benar-benar merupakan hakulyakin.
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِࣖ ٩٦
fa sabbiḫ bismi rabbikal-‘adhîm
Maka, bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahaagung.
Fadhilah Surat al-Waqiah
Terdapat beberapa keutamaan atau fadhilah bagi Orang yang rajin membaca surat Al-Waqiah ini.
Beberapa keutamaan Surat Al Waqiah yang kita ketahui bersumber dari hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud dan penjelasan para ulama mufassirin terdahulu.
Salah satu keutamaan membaca surat al-waqiah adalah, dengan membaca surat Al Waqiah tiap malam, insya Alloh dijauhkan dari kemiskinan.
Dalam suatu kisah diceritakan; Khalifah Utsman bin Affan bermaksud memberikan sejumlah harta kepada Abdullah bin Mas’ud untuk putra-putranya. Namun, Abdullah bin Mas’ud menolak sembari menjelaskan bahwa dirinya sama sekali tidak khawatir putra-putranya menderita kemiskinan.
Shohabat Abdulloh bin Mas'ud yang merupakan ahli tafsir itu pun membuka sebuah rahasia. Bahwa beliau telah mengajarkan satu amalan yang pernah diajarkan Rosululloh SAW kepadanya.
“Apakah Amirul Mukminin takut putra-putraku miskin? Mereka sudah kusuruh membaca Surat Al Waqiah setiap malam,” kata Abdullah bin Mas’ud ketika sakit menjelang wafat.
Ia kemudian menyampaikan sabda Rosululloh yang pernah didengarnya: “Barangsiapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, dia tidak akan menderita kemiskinan selama-lamanya”. (HR. Abu Ya’la dan Ibnu Asakir).
Fadhilah Membaca Surat Al-Waqiah untuk Memperlancar Rezeki. Selain memiliki fadilah Memperlancar rezeki, Surat Al Waqiah juga memiliki beberapa fadhilah yang terkandung didalamnya.
Berikut ini beberapa fadilah keutamaan Surat Al-Waqiah:
Dijauhkan Dari Kemiskinan
Membiasakan diri untuk membaca Surat Al Waqiah sebanyak satu kali setiap malam, maka ia akan mendapatkan pahala yakni berupa akan dijauhkan dari kemiskinan untuk selama-lamanya.
Memperoleh Kekayaan Berlimpah
Dengan membaca Surat Al Waqiah ini setiap selesai menunaikan sholat Azhar, sebanyak 14 kali, maka orang tersebut akan mendapatkan balasan berupa kekayaan yang berlimpah dan tidak akan ada habisnya.
“Ajarkanlah surah Al-Waqi’ah kepada isteri-isterimu, Kerana sesungguhnya ia adalah surah Kekayaan.” (Al-Hadits)
Dapat Menyegerakan Hajat
Hajat yang Berhubungan dengan Rezeki, Bacalah Surat Al-waqiah ini sebanyak 14 kali dalam satu majelis (sekali duduk), Insya Alloh dengan Izin Alloh SWT segala hajatnya terutama yang berhubungan dengan rezeki.
Menjadi Hartawan dan Dermawan
Dengan selalu membaca Al-Quran terutama surat Al-Waqiah, dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan, ingsya Allah Akan menjadikan seseorang bisa menjadi orang kaya yang selalu mengucap syukur, amalankan Surat Al Waqiah ini dibacakan sebanyak 3 kali sesudah selesai menunaikan shalat subuh dan sesudah shalat isya.
Insya Allah tidak dalam masa setahun rutin mengamalkan atau membaca surat al-waqiah ini maka bi idznillah, akan dijadikan seseorang yang hartawan dan juga dermawan.
Dilimpahkan Rezekinya
Mengutip dari Amalan orang-orang sufi agar dilimpahkan rezekinya. Mereka melakukan puasa selama 1 minggu dimulai hari Jumat. Setiap selesai sholat fardhu, membaca Surat Al Waqiah sebanyak 25 kali sesudah shalat maghrib, sampai pada malam Jumaat berikutnya, sesudah shalat Isya dibacakan kembali sebanyak 125 kali diikuti dengan membaca shalawat Atas Nabi Muhammad SAW sebanyak 1000 kali.
Dianjurkan pula untuk memperbanyak sedekah dan mengamalkan surat ini secara kontinue pada pagi dan petang hari.
Meringankan Sakarotul Maut
Ketika kita dihadapkan dengan Orang yang sedang Sakarotul maut, bacakan Surat Al Waqiah disamping orang tersebut, maka insya Allah akan dipermudahkan roh keluar dari jasadnya. Dengan demikian, maka orang tersebut tidak akan merasakan pedihnya sakrotul maut terlalu lama.
Peringan dan Penyembuh Sakit
Bacakan Surat Al-waqiah pada Orang yang sedang sakit, maka insya Alloh akan diperingan sakitnya dan dilekaskan sembuh.
Sebagai Wirid agar Dijauhkan dari Kefakiran
Keutamaan Surat Al-Waqiah jika di amalkan sebagai wirid (sebagai bacaan rutin setiap siang dan malam hari) maka akan dijauhkandari segala kefakiran untuk selama-lamanya (sumber Hadits soheh).
Pelindung dari Kemudhorotan Dunia
Jika Anda mempunyai seorang anak gadis pastilah menginginkan anak gadis Anda selamat dari segala kemudaratan dunia dan berbuat maksiat.
Maka bacakan surat Al-waqiah untuk Anak Anda. Maka anak Anda akan terlindung dari segala macam kemudaratan dunia sekaligus terhindar dari kemiskinan.
Diberikanya Kesenangan dan Kemudahan
Membaca dan menjadikan Surat Al Waqiah sebagai doa wirid, maka Alloh SWT akan memberikan kesenangan dan juga kemudahan untuk segala urusan.
Dihindarkan dari Kekafiran
Barangsiapa yang membaca Surat Al Waqiah setiap hari, niscaya ia tidak akan ditimpakan kekafiran.
Dengan membaca surat Al-Waqiah setiap hari insya Alloh akan menjauhkan kita dari sifat yang dibenci oleh Alloh yaitu sifat kafir dan yang menyebabkan kafir.
Baca : Pengertian dan Hukum Kufur Nikmat
Mendapatkan Ketenangan Jiwa
Bacalah surat Al-Waqiah secara benar mahorijul huruf serta tajwidnya, meski tidak mengetahui artinya, maka Alloh akan memberikan pahala berupa ketenangan jiwa.
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Alloh dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.” (Kitab Tsawabul A’mal).
Memantapkan keTauhidan
Dalam Surat Al Waqiah ini banyak ajaran tentang ketauhidan, yang jika kita renungi secara mendalam akan membuat kita semakin percaya Allah dan semakin meyakini jika semua yang Allah berikan kepada kita adalah ketetapaNya yang terbaik untuk seluruh Umat Islam.
Keutamaan surat Al-waqiah ini bisa diperoleh jika seseorang rajin membacanya disetiap kesempatan, mengamalkan hukum-hukum yang terkandung dalam surat al-waqiah serta mengimani berbagai berita yang disampaikan dalam Surat Al-Waqiah.
Wallohu A'lam..