Notifikasi
Rekomendasi
Advertisement

Dzikir Fida dan Doanya Lengkap Arab Latin dan Artinya

Pengertian Dzikir Fida beserta Doa Dzikir Fida (Bacaan Doa dan Dzikir Pagi dan Sore Hari)
Pengertian Dzikir Fida beserta Doa Dzikir Fida (Bacaan Doa dan Dzikir Pagi dan Sore Hari)
Daftar Isi Artikel
Sebuah Tradisi Islam di Nusantara yang mungkin sudah berjalan sejak zaman para Wali penyebar Agama Islam di Indonesia.

Tradisi atau kebiasaan mengamalkan bacaan-bacan Dzikir kepada Alloh secara berjamaah.

Baca juga: Bacaan Dzikir wirid setelah shalat fardu

Dzikir dalam artian bahasa yang berarti mengingat atau mengaggungkan Nama Alloh SWT.

Dzikir hukumnya sunnah sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 41-42:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ ۝٤١ وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا ۝٤٢

(41) Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Alloh dengan zikir sebanyak-banyaknya. (42) dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. (QS. al-Ahzab: 41-42)

اِعْلَمْ أَنَّهُ كَمَا يُسْتَحَبُّ الذِّكْرُ يُسْتَحَبُّ الْجُلُوْسُ فِيْ حَلْقِ أَهْلِهِ، وَقَدْ تَظَاهَرَتْ اَلْأَدِلَّةُ عَلَى ذٰلِكَ. [الاذكار النووى ص ٨]

Ketahuilah sebagaimana disunnahkan dzikir, begitu juga disunnahkan duduk dalam lingkaran orang-orang yang berdzikir, karena banyak dalil-dalil yang menyatakan hal itu. (al-Adzkar al-Nawawi)

Bagi warga Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Nadliyyin) bahwa membaca dzikir dan doa, baik sendiri ataupun berjamaah adalah merupakan suatu ibadah keada Alloh SWT dan Konsep Ibadah ada dua yaitu sunah dan wajib.

Dzikir secara berjamaah bisa dibilang sebagai sebuah tradisi atau ciri khas umat Islam Indonesia yang menganut faham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, mereka sangat rajin berdzikir dan berdoa pada setiap setelah sholat atau pada waktu-waktu tertentu.

Dzikir Fida’ adalah dzikir untuk memohon kepada Alloh agar diselamatkan dari api neraka, baik untuk diri sendiri ataupun diperuntukkan pada orang lain yang telah meninggal. Adapun kalimat dzikir Fida’ itu bermacam-macam diantaranya sebagaimana dicontohkan oleh para ulama’:

  • Membaca kalimat tahlil sebanyak 70.000 / 71.000.
  • Membaca surat Ikhlas sebanyak 1.000 / 100.000, dan lain sebagainya.
  • Dzikir Fida’ bisa dilaksanakan untuk sendiri atau orang lain, dan dapat dilaksanakan dalam satu majelis atau dicicil. Lafadz niatnya perlu dibedakan dan dijelaskan.

Pada perkembanganya saat ini Dzikir fida lebih dikenal sebagai dzikir tebusan atas dosa-dosa Orang yang telah meninggal, meskipun senenarnya dzikir fida ini berlaku bagi seluruh muslim.

Pengertian Dzikir Fida'

Mengenal Apa itu DZIKIR FIDA yang sering diamalkan oleh kaum Nahdliyyin?

Dari segi bahasa Fida'an berasal dari kata fida’ (الفداء) yang berarti tebusan, banyak juga yang menyebutnya Dzikir Fida atau Dzikir Tebusan Dosa.

Dzikir Fida' adalah membaca Kalimat Tahlil sebanyak 70.000 atau 71.000 kali dan membaca Surat Ikhlas sebanyak 100.000 kali.

Dzikri Fida merupakan dzikir penebusan, yaitu menebus kemerdekaan diri sendiri atau orang lain dari siksaan Alloh SWT dengan membaca:

لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Laa Ilaha Illalloh

sebanyak 71.000 (tujuh puluh satu ribu).

Dengan demikian, dzikir fida adalah upaya untuk memohonkan ampunan kepada Alloh SWT atas dosa-dosa orang yang sudah meninggal.

Macam-Macam Dzikir Fida'

Secara garis besar, Dzikir Fida' terbagi atas 2 macam:

  1. Dzikir Fida' Sughro

    Dzikir Fida Shugro yaitu dengan membaca kalimat thoyibbah Tahlil (La Ilaha Illalloh) sebanyak 70.000 kali atau 71.000 kali.

  2. Dzikir Fida' Kubro

    Dzikir Fida Kubro, yaitu dengan membaca Surat Ikhlas sebanyak 100.000 kali.

Dalil Mengenai Dzikir Fida'

Sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Al-Futuhat al-Madaniyah oleh Mbah Nawawi Al Jawi:

وَرُوِىَ اَنَّ الشَّيْخَ اَباَ الرَّبِيْعِ اَلْمَالَقِيّ كاَنَ عَلىَ مَائِدَةِ طَعَامٍ وَكاَنَ قَدْ ذَكَرَ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَرَّةٍ وَكاَنَ مَعَهُمْ عَلىَ الْمَائِدَةِ شَابٌ مِنْ اَهْلِ الْكَشْفِ فَحِيْنَ مَدَّ يَدَهُ اِلىَ الطَّعاَمِ بَكَى وَامْتَنَعَ مِنَ الطَّعَامِ فَقَالَ لَهُ الْحَاضِرُوْنَ لِمَ تَبْكِى؟ فَقاَلَ اَرَى جَهَنَّمَ وَاَرَى اُمِّىْ فِيْهَا.

قَالَ الشَّيْخُ اَبُوْ الرَّبِيْعِ: فَقُلْتُ فِىْ نَفْسِىْ اَللَّهُمَّ اِنَّكَ تَعْلَمُ اَنِّىْ قَدْ هَلَّلْتُ سَبْعِيْنَ اَلْفاً وَقَدْ جَعَلْتُهَا عِتْقَ اُمِّ هَذَا الشَّابِّ مِنَ النَّارِ فَقَالَ الشَّابُّ اَلْحَمْدُ لِلّهِ أَرَى أُمِّىْ قَدْ خَرَجَتْ مِنَ النَّارِ وَمَا اَدْرِىْ ماَ سَبَبُ خُرُوْجِهَا وَجَعَلَ هُوَ يَبْتَهِجُ وَاَكَلَ مَعَ الْجَمَاعَةِ.

وَهَذَا التَّهْلِيْلُ بِهذَا الْعَدَدِ يُسَمَّى عَتاَقَةَ الصُّغْرَى كَمَا اَنَّ سُوْرَةَ الصَّمَّدِيَّةِ إِذاَ قُرِئَتْ وَبَلَغَتْ مِائَةَ اَلْفِ مَرَّةٍ تُسَمَّى عَاتَقَةَ كُبْرَى وَلَوْ فِيْ سِنِيْنَ عَدِيْدَةٍ فَاِنَّ الْمُوَالاَةَ لاَتُشْتَرَطُ.

[الفتوحات المدنية - النواوى الجاوى]

Diriwayatkan bahwa syekh Abur Robi’ al-Malaqi, berada di jamuan makanan dan beliau telah berdzikir dengan mengucapkan Laa Ilaha Ilallah 70 ribu kali. Pada jamuan tersebut terdapat seorang pemuda ahli kasyaf. Ketika pemuda itu akan mengambil makanan tiba-tiba ia mengurungkan mengambil makanan itu dan menangis, lalu ia ditanya oleh para hadirin mengapa kamu menangis? ia menjawab, "saya melihat neraka jahanam dan melihat ibu saya di dalamnya."

Syekh Abur Rabi’ berkata , saya berkata di dalam hati, “Ya Allah, sungguh engkau mengetahui bahwa saya telah berdzikir Laa Ilaha Ilallah 70 ribu kali dan saya mempergunakannya untuk membebaskan ibu pemuda ini dari neraka”. Setelah itu pemuda tersebut berkata, “Alhamdulillah, sekarang saya melihat ibu saya telah keluar dari neraka, namun saya tidak tahu apa sebabnya”. Pemuda itu merasa senang dan kemudian makan bersama dengan para jama'ah.

Dzikir Laa Ilaha Ilallah 70 ribu kali dinamakan 'Ataqoh Sughroh (pembebasan kecil dari neraka), sedangkan surat al-Ikhlas jika dibaca 100 ribu kali dinamakan 'Ataqoh Kubro (pembebasan besar dari neraka) walaupun waktu membacanya beberapa tahun, karena tidak disyaratkan berturut-turut.

(Syarah al-Futukhat al-Madaniyah Bihamisyi Nasha'ih al-Ibad)

Seperti telah diterangkan diatas, jika Dzikir Fida adalah upaya untuk memohonkan ampunan kepada Alloh SWT atas dosa-dosa yang dilakukan dan dosa orang yang sudah meninggal.

Dalam hadits dari Siti Aisyah diterangkan:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قاَلَ لاَإِلهَ اِلاَّاللهُ اَحَدَ وَسَبْعِيْنَ اَلْفًا اِشْتَرَى بِهِ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَكَذَا فَعَلَهُ لِغَيْرهِ. [خزينة الاسرار]

Diriwayatkan dari Aisyah ra. Ia berkata; Rosululloh SAW bersabda: barang siapa yang membaca laa ilaaha illalloh sebanyak tujuh puluh satu ribu maka berarti ia menebus (siksaan) dengan bacaan tersebut dari Alloh 'Azza Wajalla dan begitu juga hal ini bisa dilakukan untuk orang lain. (Khozinah al-Asror)

Tradisi Zikir Fida bagi Mayit
Tradisi Zikir Fida bagi Mayit

Dasar Dalil yang menerangkan Dzikir Fida Sughro dan Dzikir Fida Kubro yaitu antara lain:

Firman Alloh SWT dalam al-Qur'an Surat at-Taubah ayat 111:

۞ اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ ۝١١١

Sesungguhnya Alloh membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan surga yang Alloh peruntukkan bagi mereka. Mereka berperang di jalan Alloh sehingga mereka membunuh atau terbunuh. (Demikian ini adalah) janji yang benar dari Alloh di dalam Taurot, Injil, dan Al-Qur’an. Siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Alloh? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Demikian itulah kemenangan yang agung. (QS. al-Taubah: 111)

Alloh berfirman dalam al-Qur'an Surat al-Baqoroh ayat 207:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ ۝٢٠٧

Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari ridho Alloh. Alloh Maha Penyantun kepada hamba-hamba(-Nya). (QS. al-Baqarah: 207)

Sabda Rosululloh SAW dalam sebuah hadits:

عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْحَارِثِ بْنِ عَاصِمٍ الأَشْعَرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: الطُّهُوْرُ شَطْرُ الإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأَنِ –أَوْ تَمْلأُ- مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعُ نفْسَهُ فَمُقْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا. [رواه مسلم]

Dari Abu Malik Al Harits bin ‘Ashim Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Kesucian itu separuh dari iman, (ucapan) Alhamdulillah (Segala puji hanya bagi Alloh) memenuhi timbangan, (ucapannya) Subhanalloh (Maha Suci Allah) dan Alhamdulillah (Segala Puji hanya bagi Alloh) keduanya memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, sholat adalah cahaya, sedekah adalah burhan (bukti), sabar itu dhiya’ (cahaya yang disertai rasa panas). Al Qur’an itu bisa menjadi hujjah bagimu atau hujjah atasmu. Setiap orang berangkat di pagi hari sampai menjual dirinya sehingga dia membebaskannya atau membinasakannya.” (HR. Muslim (223) dari jalan Zaid dari Abu Salam dari Abu Malik Al Asy’ari rodhiyallohu ‘anhu).

Diriwayatkan dari Sayidina Abdullah bin Abbas RA, beliau berkata, Rosululloh SAW bersabda: “Barang siapa yang tiap pagi membaca “Subhanallohi wabihamdihi” seribu kali, maka sungguh ia telah membeli dirinya dari Alloh SWT dan ia di akhir hidupnya menjadi orang yang dimerdekakan oleh Alloh SWT.” (HR. Al-Thabrani dalam kitabnya Mu’jam al-Ausath)

Diriwayatkan bahwa barang siapa mengucapkan lafad Tahlil Laailaha Illalloh (tujuh puluh ribu kali), maka hal itu akan menjadi tebusan dirinya dari api neraka.

Antara Tahlil dan Dzikir Fida

Pengertian Tahlil menurut bahasa berasal dari kata هَلَّلَ - يُهَلِّلُ - تَهْلِيْلاً yang berarti membaca kalimat لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ (lailaha ilalloh).

Sedangkan Tahlil menurut pengertian yang berkembang di masyarakat adalah membaca kalimat thoyyibah (sholawat, tahlil, istighfar, Surat al-Fatihah, Surat al-Ikhlas, mu’awwidzatain, dan lainnya), yang pahalanya ditujukan kepada arwah keluarga yang bersangkutan.

Alloh SWT berfirman dalam Surat al-Hasyr ayat 10:

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌࣖ ۝١٠

Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansor) berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)

Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ علَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ في المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إلى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ العَظِيمِ." [رواه البخاري - أحاديث مخترة من الصحيحين]

Rosululloh SAW bersabda: Dua kalimat yang ringan bagi lisan dan berat (timbangan kebijakannya) di Mizan (timbangan amal akhirat), dan dicintai oleh Dzat yang mempunyai belas kasih adalah kalimat Subhanalloh Wa Bihamdihi Subhanallohil 'adzim. (HR. Bukhari dalam kitab Akhadits Muhtar Min Al-Shahihain)

ما الْمَيّتُ في القَبْرِ إلاّ كالْغَرِيْق الْمُتَغَوِّثِ يَنتَظِرُ دَعْوَةً تَلحَقُه مِن أبٍ أوْ أُمٍّ أوْ أخٍ أوْ صَدِيقٍ فإذا لَحِقَتْه كانَتْ أحَبَّ إليه مِن الدُّنيا ومَا فيها وإنَّ اللهَ عزّ وجلّ لَيُدخِلُ على أهْلِ القُبُورِ مِن دُعاءِ أهْلِ الأَرْضِ أمْثَالَ الجِبالِ وإنَّ هَديَّةَ الأَحْيَاءِ إلى الأَمْوَاتِ الاِسْتِغفارُ لهم.

Seorang mayat dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang meminta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak, dan kawan yang tepercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya, itu lebih ia sukai daripada dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Alloh menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah memohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka. (HR. Ad-Dailami)

Baca juga: Hukum Mengqodho dan Membayar Fidyah Sholat bagi Orang yang Meninggal

Sayiduna al-Syaikh Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Ba’alawi RA berkata:

“Ayahku mengumpulkan jamaah, mereka membaca tasbih seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal, membaca Lailaaha Illallah seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal.

Penduduk Tarim (Yaman) sangat memperhatikan dan antusias dalam hal ini. Mereka berpesan kepada sebagian yang lain dengan menggunakan harta untuk hal (penebusan) itu. Ayahku adalah orang yang mendorong dan pendiri / pelaksana kegiatan ini. Demikian inilah apa yang dikerjakan oleh kaum sufi dan turun-temurun dari zaman dahulu hingga sekarang.

Sebagian dari mereka berpesan agar menjaga dan melestarikannya. Mereka menuturkan bahwa dengan hal itu Alloh SWT memerdekakan hamba yang dihadiahi itu sebagaimana tercantum dalam hadits."

Baca juga :Dzikir Ghofilin, Pengertian dan Keutamaan Dzikrulloh Lengkap.

Dzikir Fida bisa dilaksanakan bagi diri sendiri atau hadiah untuk orang lain, dan dapat dilaksanakan dalam satu majelis secara berjamaah atau sedikit demi sedikit hingga genap hitunganya.

Dzikir Fida' Menurut para Ulama

Amaliah Dzikir fida ini telah banyak dijelaskan dalam berbagai kitab diantaranya:

  1. Tafsiir As-Shoowi, Juz 4 hal. 498

    Dalam kitab Tafsir ash-Showi karya Syaikh Ahmad Shawi al-Maliki:

    ومنها: اَنَّ مَنْ قَرَأَهَا مِائَةَ أَلْفِ مَرَّةٍ فَقَدِ اشْتَرَى نَفْسَهُ مِنَ اللهِ, وَنَادَى مُنَادٍ مِنْ قِبَلِ اللهِ تَعَالَى فِىْ سَمَوَاتِهِ وَفىِ أَرْضِهِ: اَلاَ إِنَّ فُلاَناً عَتِيْقُ اللهِ, فَمَنْ كَانَ لَهُ قَبْلَهُ بِضَاعَةً فَلْيَأْخُذْهَا مِنَ اللهِ غَزَّ وَجَلَّ, فَهِيَ عَتَاقَةٌ مِنَ النَّارِ لَكِنْ بِشَرْطِ اَنْ لاَ يَكُوْنَ عَلَيْهِ حُقُوْقٌ لِلْعِبَادِ أَصْلاً, اَوْ عَلَيْهِ وَهُوَ عَاجِزٌ عَنْ أَدَائِهَا.

    Sebagian dari fadlilahnya surat Ihlas yaitu: orang yang membacanya sebanyak 100.000 kali maka dia telah membeli dirinya sendiri dari Allah dan Malaikat akan mengumumkan dari sisi Allah di langit dan bumi, “ketahuilah sesungguhnya si fulan adalah hamba yang dimerdekakan oleh Allah, siapa saja yang mempunyai hak yang ditanggung fulan maka mintalah dari Allah, maka surat Al-Ikhlas tersebut akan membebaskan dari neraka. Tetapi dengan syarat bahwa fulan ini tidak memiliki hak-hak pokok antara sesama manusia atau ia memilikinya namun tak sanggup untuk ditunaikan.

  2. Kitab Khoziinatul Asror, hal. 157

    Dalam kitab Khozinatul Asror karya Sayyid Muhammad Haqqin Nazili menerangkan:

    وَأَخْرَجَ مُسْلِمٌ وَغَيْرُهُ ... وَفِي رِوَايَةٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ اْلاِخْلاَصِ بِإِخْلاَصٍ حَرّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النّارِ اهـ. [خزينة الاسرار ص: ١٥٧]

    Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan ... dalam riwayat yang lain Rosulullah SAW bersabda: barangsiapa membaca surat al-Ikhlas dengan hati yang ikhlas maka Alloh mengharamkan jasadnya dari api neraka.

  3. Kitab Khoziinatul Asror, hal. 188

    وَاَيْضًا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ قَالَ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ أَحَدًا وَسَبْعِيْنَ اَلْفًا اِشْتَرَى بِهِ نَفْسَهُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ رَوَاهُ اَبُوْ سَعِيْدٍ وَ عَائِشَةٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَكَذَا لَوْ فَعَلَهُ لِغَيْرِهِ أَقُوْلُ وَلَعَلَّ هَذَا الْحَدِيْثَ مُسْتَنَدُالسَّادَةِ الصُّوْفِيَّةِ فىِ تَسْمِيَّةِ الذِّكْرِ كَلِمَةَ التَّوْحِيْدِ بِهَذَا اْلعَدَدِ عَتَاقَةً جَلاَلِيَّةً وَاشْتَهَرَتْ فىِ ذَلِكَ حِكَايَةٌ ذَكَرَهَا الشَّيْخُ اْلاَكْبَرُ عَنِ اْلاِمَامِ أَبِي اْلعَبَّاسِ اْلقُطْبِ اْلقَسْطَلاَنِى نَقْلاً عَنِ الشَّيْخِ أَبِي الرَّبِيْعِ الْمَالِكِى دَالَّةً عَلىَ صِدْقِ هَذَا الْخَبَرِ بِطَرِيْقِ اْلكَشْفِ اهـ. [خزينة الاسرار ص: ١٨٨]

    Rosululloh SAW. bersabda : “Barangsiapa yang membaca kalimat Laa Ilaaha Illalloh sebanyak 71.000 maka dia telah membeli dirinya sendiri dari Allah Azza wa Jalla”. Hadits riwayat Abu Sa’id dan ‘Aisyah ra. begitu juga kalau dia melakukan untuk orang lain. Hadits ini adalah sebagai sandaran dasar para Ulama’ Shufi untuk menamakan dzikir dengan kalimat tauhid dengan jumlah hitungan tersebut dengan nama ‘Ataqoh Jalaliyyah. Cerita tentang kebenaran dzikir ini sudah sangat masyhur, diantaranya yang ditutur oleh as-Syaikh al-Akbar dari Imam Abi al-Abbas al-Qutbi al-Qostholani dari Syaikh Abi Robi’ al-Maliki untuk menunjukkan kebenaran hadits ini dengan cara mukasyafah.

  4. Kitab Irsyaadul ‘Ibaad, hal. 4

    Begitu juga jika ia melakukan untuk orang lain. Dalam kitab Irsyaadul ‘Ibaad karya Zainuddin abdul Aziz Ibnu Zainuddin Al-Malibari menerangkan:

    -وَحُكِىَ اَيْضًا فِيْهِ عَنِ الشَّيْخِ أَبِي يَزِيْدَ الْقُرْطُبِى قَالَ سَمِعْتُ فِى بَعْضِ اْلأَثاَرِ أَنَّ مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ فِدَآءً مِنَ النَّارِ. [إرشاد العباد ص: ٤]

    Diriwayatkan lagi dari Syaikh Abi Yazid al-Qurtubi berkata: Saya mendengar dari sebagian atsar (perkataan Shohabat) “Barangsiapa mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah sebanyak 70.000 kali, maka kalimat tersebut menjadi diharapkan terhindar baginya dari api neraka.

  5. Khoziinatul Asroor, hal. 159

    وَيقولُ الفَقِيْرُ أَعْتَقَهُ اللهُ مِنَ السَّعِيْرِ اِنِّي رَأَيْتُ شَيْخًا فىِ المَسْجِدِ الْحَرَامِ فىِ رَمَضَانَ سَنَةَ اِثنَتَيْنِ وَسِتِّيْنَ وَمِائَتَيْنِ وَاَلْفٍ يَقْرَأُ سُوْرَةَ اْلاِخْلاَصِ عِنْدَ بَابِ الدَّاوُدِيَةِ لَيْلاً وَنَهَارً كُلَّ رَمَضَانَ فَقَبَّلْتُ يَدَهُ فَقُلْتُ يَا سَيِّدِى وَمَوْلاَيَ اِنِّىْ اَرَاكَ كُلَّ يَوْمٍ تَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ أَخْبِرْنِىْ عَنْ فَوَائِدِهِ وَأَسْرَارِهِ فَقَالَ أَعْتَقْتُ رَقَبَتىِ مِنَ النَّارِ يَا وَلَدِىْ وَشَارَ بِيَدِهِ اِلىَ عُنُقِهِ فَقُلْتُ أَجِزْنِيْهَا فَأَجَازَنِىْ وَأَذِنَ لِىْ وَدَعَا لِىْ بِالْبَرَكَةِ فِيْهِ وَفَّقَنِيَ اللهُ وَاِيَّاكُمْ لِقِرَائَتِهَا اَلْفَ مَرَّةٍ وَبِهَا اْلاِجَازَةُ لِمَنْ قَرَأَهَا بِالخَطِّ وَالكِتَابَةِ بَارَكَ اللهُ لَناَ وَلَكُمْ وَفَتَحَ عَلَيْنَا وَعَلَيْكُمْ جَعَلَنِيَ اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلمُخْلِصِيْنَ بِحُرْمَةِ اْلاِخْلاَصِ. [خزينة الاسرار ص : ١٥٩]

    Al-Faqir berkata (semoga Allah memerdekakannya dari neraka Sya’ir) : saya melihat seorang Syaikh di Masjidil Haram pada bulan Romadlon tahun 1.261 sedang membaca surat al-Ikhlas di sebelah pintu Dawudiyyah malam dan siang hari setiap bulan Romadlon. Kemudian aku mengecup tangannya sambil berkata : Wahai Tuanku, aku melihatmu setiap hari membaca surat Ikhlas, berilah tahu padaku tentang faedah dan rahasianya. Kemudian dia menjawab : aku ingin memerdekakan jasadku dari neraka wahai anakku, dan dia mengangkat tangan ke lehernya. Aku berkata : berilah aku ijazah, kemudian beliau mengijazahiku dan memberi izin padaku serta mendo’akan barokah. Semoga Allah memberi pertolongan pada kamu untuk membacanya sebanyak 1.000 kali. Dan ini merupakan ijazah melalui tulisan bagi orang yang mau membacanya. Semoga Allah memberi barokah pada kita dan membukakan rohmatnya. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang selamat sebab kemuliaan surat al-Ikhlas.

  6. Kitab Khoziinatul Asroor, hal. 188

    وَقَدْ نَقَلَهَا أَبُوْ سَعِيْدِ الْخَادِمِى فِى الْبَرِيْقَةِ شَرْحِ الطَّرِيْقَةِ الْمُحَمَدِيَّةِ وَغَيْرُهُ مِنَ الثِّقَاةِ اْلاِثْبَاتِ عَلىَ اَنَّ الْحَدِيْثَ الضَّعِيْفَ يُعْمَلُ بِهِ فِيْ فَضَائِلِ اْلاَعْمَالِ, لاَ سِيَّمَا وَهُوَ مُخَالِفٌ لِلْقِيَاسِ. [خزينة الاسرار ص : ١٨٨]

    Demikian itu juga dikutip oleh Abu Sa’id Al-Khodimi dari parawali itsbat yang terpercaya yang tersebut dalam kitab Al-Bariqoh, Syarah kitab At-Thoriqotul Muhamadiyyah dan lainnya, bahwa hadits dhoif boleh diamalkan dalam hal Fadloilil ‘Amal (keutamaan amal) meskipun tidak sesuai dengan qiyas.

  7. Habib Munzir al Musawwa

    Alm. Habib Munzir berkata: Saudaraku yang kumuliakan, Laa ilaha illallah adalah dzikir fida, yaitu pelepasan dari kemurkaan Allah, ada yg membacanya 5 ribu x saja, ada yg bermacam macam, diantaranya adalah untuk membebaskan dosa orang yang dihimpit dikubur, atau masalah masalah yang terkait dg kemurkaan Allah swt, saya pernah mempunyai teman yang ibunya wafat dan ibunya itu tidak memakai jilbab (belum) hingga wafatnya, maka guru mulia mengatakan padanya : kau baca Laa ilaha illallah 5000X diniatkan uruk ibumu untuk dzikir fida, (fida = pembebasan).

    Tata caranya adalah dengan membacanya seraya berniat dengan kemuliaan kalimat terluhur tersebut agar hal yang sulit atau ditahan oleh Allah bisa dikabulkan untuk dibebaskan. Dan tidak mustahil membacanya hingga 70 ribu kali, serta tiada batas pelarangan dalam segi jumlahnya. (Sumber: Majelis Rasulullah)

  8. Doa memohon Penebusan diri terhindar dari api neraka itu telah ada sejak zaman Baginda Habibillah Rasulillah Muhammad SAW dan berkembang corak dan ragamnya. Kendati demikian, metode yang secara khusus diamalkan oleh para Masyayikh al-‘Arifun Billah min Saadaatinaa wa Habaa-ibinaa al-Haadiin al-Muhtadiin RA yang telah masyhur dengan istilah dzikir fida’, terbagi menjadi dua metode:

    • Pertama; ‘Ataqot al-Shughra, yaitu membaca “Subhanallah wa Bihamdih” seribu kali (1.000 x) dan “Laa ilaaHha illalloh” tujuh puluh ribu kali (70.000 x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka.
    • Kedua; ‘Ataqot al-Kubra, yaitu membaca surat al-Ikhlas sebanyak seratus ribu kali (100.000 x), sebagai ikhtiar untuk dirinya atau keluarganya terhindar dari siksa api neraka.

    Dasar dua metode munajat permohonan diri (tebusan) agar diselamatkan dari api neraka yang beraneka corak ragamnya itu, kesemuanya telah tersurat dan tersirat dalam nushush (penjelasan) di bawah ini:

    • Firman Alloh SWT [QS. al-Taubah: 111]:

      إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. [التوبة/١١١]

      Sesungguhnya Alloh telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. [QS. al-Taubah: 111]

    • Firman Alloh SWT [QS. al-Baqarah: 207]:

      وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ. [البقرة/٢٠٧]

      Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Alloh Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. [QS. al-Baqarah: 207]

    • Firman Alloh SWT [QS. al-Zumar: 15]:

      قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ. [الزمر/١٥]

      Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. [QS. al-Zumar: 15]

  9. Rosululloh SAW bersabda:

    الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا. (رواه مسلم)

    Kesucian itu setengah dari iman (yakni segi bathin), Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah Wal Hamdulillah itu dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya (yang dapat menyinari hati orang mukmin di muka bumi), shadaqah adalah bukti, sabar (dalam beribadah dan meninggalkan maksiat) adalah cahaya yang gilang gumilang (yang dapat menghilangkan segala macam kesempitan). Al-Qur’an adalah pedoman pokok, bermanfaat untukmu atau berbahaya atasmu. Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya. [HR. Muslim]

    Dalam komentarnya, Imam al-Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW “Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya” adalah setiap manusia berusaha dengan dirinya sendiri, lalu di antara mereka ada yang menjual dirinya kepada Allah SWT dengan ketaatannya, sehingga membebaskannya dari siksa. Dan sebagian yang lain menjual dirinya kepada syaithan dan hawa nafsunya dengan cara patuh kepada keduanya, sehingga mencelakakannya.

  10. Dalam Shahih Bukhari, dari shahabat Abu Huraiarah RA, beliau berkata: “Rasulullah SAW berdiri ketika Allah SWT menurunkan ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (QS. al-Syu’ara: 214)”, beliau bersabda: “Wahai orang-orang Quraisy, belilah (selamatkanlah) diri kalian (dari siksa), aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Bani Manaf, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT. Wahai Shafiyah bibi utusan Allah, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT. Wahai Fathimah putri Muhammad SAW, mintalah apa saja yang engkau inginkan dari hartaku, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT.” [HR. Bukhari]

  11. Dalam Shahih Muslim, sahabat Abu Hurairah mengisahkan bahwa ketika turun ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (QS. al-Syu’ara: 214)”, Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy, lalu mereka berkumpul. Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan sabda secara umum dan secara khusus, beliau bersabda: “Wahai Bani Ka’ab bin Lu’ai, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Hasyim, selamtkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdil Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Fathimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Karena sesungguhnya aku tidak kuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian. Hanya saja kalian mempunyai hubungan kerabat, dan aku selalu melestarikannya dengan menyambung dan mempererat (tali silaturrahim dan memuliakan).” [H.R. Muslim]

    Yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW “Sesungguhnya aku tidak berkuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian” adalah janganlah kalian mengandalkanku karena kalian mempunyai hubungan kerabat denganku, sesungguhnya aku tidak berkuasa untuk menolak kemadlaratan yang dikehendaki oleh Allah SWT kepada kalian.

  12. Diriwayatkan dari Sayidina Abdullah bin Abbas RA, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tiap pagi membaca “Subhanallahi wabihamdihi” seribu kali, maka sungguh ia telah membeli dirinya dari Allah SWT dan ia di akhir hidupnya menjadi orang yang dimerdekakan oleh Allah SWT.” [HR. al-Thabrani dalam kitabnya Mu’jam al-Ausath]

    Dalam sebagian atsar diriwayatkan bahwa barang siapa mengucapkan Laailaha Illallah tujuh puluh ribu kali, maka hal itu akan menjadi tebusan dirinya dari api neraka. Sayiduna al-Syaikh Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Ba’alawi RA berkata: “Ayahku mengumpulkan jamaah, mereka membaca tasbih seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal, membaca Lailaaha Illallah seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal. Penduduk Tarim (Yaman) sangat memperhatikan dan antusias dalam hal ini. Mereka berpesan kepada sebagian yang lain dengan menggunakan harta untuk hal (penebusan) itu. Ayahku adalah orang yang mendorong dan pendiri/pelaksana kegiatan ini. Demikian inilah apa yang dikerjakan oleh kaum sufi dan turun-temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Sebagian dari mereka berpesan agar menjaga dan melestarikannya. Mereka menuturkan bahwa dengan hal itu Allah SWT memerdekakan hamba yang dihadiahi itu sebagaimana tercantum dalam hadits.”

  13. Al-Imam Abu al-Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali menuturkan bahwa sekelompok ulama salaf membeli dirinya dari Allah SWT dengan harta mereka. Di antara dari mereka membelinya dengan menyedekahkan semua hartanya, seperti Habib bin Abi Muhammad. Ada yang menyedekahkan dengan timbangan peraknya sebanyak tiga atau empat kali, seperti Khalid bin al-Thahawi. Dan juga ada yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal kebaikan dan mengatakan: “Aku hanyalah seorang tawanan yang berusaha untuk bebas.”, seperti ‘Amr bin ‘Uthbah. Sebagian dari mereka membaca tasbih sebanyak dua belas ribu kali setiap hari sesuai dendanya, seolah-olah ia telah membunuh dirinya sendiri, sehingga untuk membebaskan (hukumannya) ia harus membayar dendanya.

  14. Syeikh Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani RA berkata: “Aku mendengar Syaikh Abu Abdillah al-Qarsyi berkata: “Aku mendengar Abu Yazid al-Qurthubi RA berkata dalam sebagian atsar: “Barang siapa yang mengucapkan Laailaha Illallah tujuh puluh ribu kali, maka hal itu menjadi tebusannya dari api neraka. Maka aku mengamalkan hal itu karena mengharap berkah janji itu. Lalu aku mengerjakannya dan sebagiannya kupersembahkan untuk keluargaku. Aku mengerjakan beberapa amal untuk simpanan diriku sendiri (di hari kiamat).

    Pada waktu itu ada seorang pemuda yang bermalam bersama kami, pemuda itu dianugerahi ilmu kasyaf, mampu melihat surga dan neraka. Para jamaah memang menilai pemuda itu sebagai orang yang mempunyai keutamaan walaupun usianya masih muda. Di dalam hatiku terbesit sesuatu tentang pemuda itu.

    Kemudian sebagian ikhwan sepakat untuk mengundang dan mengajak kami ke rumah pemuda itu. Kami menyantap makanan dan pemuda itu bersama kami. Tiba-tiba pemuda itu berteriak yang menimbulkan asumsi tidak baik. Pemuda itu berkata: “Wahai paman, ini adalah ibuku sekarang berada di neraka.”

    Pemuda itu berteriak dengan teriakan yang sangat keras. Siapapun yang mendengarnya pasti akan mengerti kalau pemuda itu tertimpa masalah yang sangat besar. Setelah aku melihat kepanikan dan kesedihannya, maka aku berkata: “Hari ini aku akan mencoba untuk bersedekah kepadanya. Lalu Allah SWT memberi ilham kepadaku untuk membacakan Lailaaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali dan hanya Allah sajalah yang mengetahui hal itu. Aku berkata dalam hatiku: “Atsar ini pasti benar dan orang-orang yang meriwayatkan kepadaku adalah orang-orang yang jujur. Ya Allah, Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu ini adalah sebagai tebusan bagi ibu pemuda ini.” Belum selesai hatiku berkata seperti itu, tiba-tiba pemuda itu berkata: “Wahai paman, ibuku ini telah dikeluarkan dari neraka.” Segala puji bagi Allah. Dengan peristiwa itu aku memperoleh dua faidah. Pertama, menguji kebenaran atsar. Kedua, dapat menyelamatkan pemuda itu dan mengetahui kejujurannya.”

    Syakhul Akbar Muhyiddin bin al-Arabi pernah berwasiat untuk menjaga dan mengerjakan amalan yang dapat membebaskan seorang hamba dari api neraka, yakni dengan membaca Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali. Karena dengan bacaan sebanyak itu sesungguhnya Allah SWT akan membebaskan seorang hamba dari api neraka atau membebaskan orang yang dihadiahi bacaan itu.

    Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Amr al-Jawi RA berkata: “Bacaan Laailaha Illallah sebanyak ini (tujuh puluh ribu kali) disebut ataqat al-sughra (pembebasan kecil), sebagaimana halnya surat al-Ikhlash ketika dibaca sampai seratus ribu kali disebut ataqat al-kubra (pembebasab besar), walaupun hal itu dilakukan pada jarak beberapa tahun, karena tidak disyaratkan untuk berturut-turut.

Demikian pengertian tentang Dzikir Fida dan Hukum Dzikir Fida.

Cara Mengamalkan Dzikir Fida

Adapun Tata Cara Dzikir Fida:

  • Tawasul Nabi Muhammad SAW beserta Keluarganya.
  • Tawasul Syeh Abdul qadir jaelani
  • Tawasul para Wali Allah
  • Tawasul Muslimin Muslimat
  • Tawasul kepada Orang Yang akan dihadiahi Dzikir Fida.

    (Niatkan Untuk Orang yang akan difida).

  • Kemudian Afdholu dzikri ngan fida-an min dunubi kabairi wa sihoro (Nama yang di fida) fa'lam annahu;

    Laa illaha illalloh hayyum baqiin Muhammadur rosululloh.

    Laa illaha illalloh hayyum ma'budz Muhammadur rosululloh.

    Laa illaha illalloh hayyum maujud Muhammadur rosululloh.

    Baca: La illaha illalloh 70.000 kali / al ikhlas 100.000 kali (jika untuk sendiri)

Kemudian Berdoa

Baca: Tata Cara dan Bacaan Wirid Tahlil Lengkap Arab latin dan Artinya

Doa Dzikir Fida'

Berikut ini bacaan Doa 'Ataqoh atau Fida' Kubro setelah selesai Dzikir fida:

(الدعاء عاتقة / الفداء الكبرى)


اَللَّهُمَّ اِنَّكَ تَعْلَمُ اِنِّى قَرَاْتُ سُوْرَةَ اْلاِخْلاَصِ مِائَةَ اَلْفِ مَرَّاتِ وَاُرِيْدُ اَنْ اَدَّخِرَهَا لِنَفْسِى وَاُشْهِدُكَ اَنِّى قَدِاشْتَرَيْتُ بِهَا نَفْسِى مِنَ النَّارِ بِثَوَابِ قِرَائَتِهَا الَّتِى قَدْرُهَا عِنْدَكَ عَظِيْمٌ فَاَعْتِقْنِى بِهَا مِنَ النَّارِ, وَخَلِّصْنِى بِهَا مِنَ النَّارِ, وَاَجِرْنِى بِهَا مِنَ النَّارِ, وَاَعِذْنِى بِهَا مِنَ النَّارِ, وَاَدْخِلْنِى بِهَا اْلجَنَّةَ مَعَ اْلاَبْرَارِ, بِرَحْمَتِكَ يَا عَزِيْزُ يَا غَفَّارُ, وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ, وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Ya Alloh, sesungguhnya engkau maha tahu bahwa aku telah membaca surat al ikhlas seratus ribu kali, aku ingin menyimpanya untuk diriku , dan menjadikanya engkau sebagai saksi bahwa aku benar benar telah membeli (menebus) diriku dari api neraka dengan pahala bacaan surat al ikhlas tersebut, yang nilainya begitu besar di sisi-MU, maka dengan (fadhilah) surat al-ikhlas tersebut,bebaskanlah diriku, lepaskanlah diriku dan selamatkanlah aku dari api neraka , dan lindungilah aku darinya dan dengan (fadhilah) surat al ikhlas itu pula, masukanlah aku ke dalam surga beserta orang-orang yang baik, dengan (sebab) rahmat-MU wahai dzat yang maha agung dan maha pengampun, semoga alloh senantiasa mencurahkan sholawat serta salam kepada baginda rasulalloh Muhammad SAW beserta keluarga dan para shohabatnya.
Walhamdulillahi robbil 'alamin, amin.


>Demikian Pengertian Dzikir Fida, dan Doa setelah Dzikir Fida (lengkap).

Semoga bisa menjadikan Ilmu yang Bermanfaat fid Dunya Hatal Akhiroh.

Aamiin Ya Robbal 'alamiin.

Terima kasih Anda telah membaca artikel berjudul: Dzikir Fida dan Doanya Lengkap Arab Latin dan Artinya jangan lupa + IKUTI website kami dan bergabung dengan kami di Grup WhatsApp dan Grup Telegram. Silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat.

Posting Komentar
Kembali ke atas